BBM HABIS??? NGGAK USAH TAKUT, ADA BIOENERGI

“Untung deh TDL nggak jadi ikut-ikutan naik lagi kayak BBM yang belum lama ini dinaikin harganya”. Kekhawatiran yang terjadi akibat kenaikan tarif-tarif energi menjadi hantu menakutkan bagi masyarakat, terutama masyarakat kecil.

Bahan bakar fosil yang masih menjadi energi utama untuk masyarakat Indonesia, lambat laun pasti akan menipis persediannya, bener nggak? Sesuai dengan hukum ekonomi, jika jumlah barang di pasar semakin sedikit dan permintaan kian banyak, maka harga barang tersebut akan naik. Terus gimana dong untuk mengatasi ketergantungan terhadap minyak bumi?

Bioenergi, Energi Alternatif di sekeliling kita.

Frend’s, tanpa kita sadari di sekeliling kita banyak terdapat sumber-sumber yang dapat dijadikan sebagai energi alternatif. Kita dapat memanfaatkan keahlian mikroba dan tanaman untuk menghasilkan sumber energi tersebut, itulah bioenergi. Beberapa produk bioteknologi energi, melalui produksi bioetanol, biodiesel, dan biometana, memberikan peranan nyata terhadap anggaran energi.

Bioetanol, pengganti bensin.

Alkohol (etanol) sejak tahun 1980-an telah digunakan sebagai bahan bakar pengganti bensin di negara Brazil. Brazil memanfaatkan produk pertanian dari tebu untuk industri gula sebagai bahan baku pembuatan alkohol. Sel-sel khamir dan mikroba mampu memenfermentasikan karbohidrat sederhana membentuk alkohol (etanol). Selanjutnya etanol ini dimurnikan dengan proses distilasi.

Selain tebu, tanaman lain juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku bioetanol yaitu tanaman berpati (ubi kayu, jagung, sagu), tanaman bergula (sorgum manis, bit), dan serat (jerami, ampas tebu).

Bioetanol dapat dicampur dengan bensin dalam perbandingan tertentu sebagai bahan bakar. Gasohol E-10 (artinya campuran dari 90% bensin dan 10% etanol) telah diujikan pada kendaraan dan memberikan kualitas bahan bakar yang setara dengan pertamax. Pencampuran etanol sampai 24% masih dapat digunakan pada mesin mobil konvensional. Selebihnya perlu ada modifikasi mesin kendaraan seperti yang telah digunakan di Brazil dan Amerika Serikat. Bioetanol ini pun ramah lingkungan, karena menggeser penggunaan Tetra Ethyl Lead (TEL) yang mengandung logam berat Timbal (Pb) sebagai bahan aditif pada bensin.

Biodiesel, Pengganti Solar.

Minyak nabati dapat digunakan sebagai bahan bakar pengganti solar untuk mesin diesel. Di negara kita terdapat lebih dari 50 jenis tumbuhan yang dapat menghasilkan minyak nabati, yang paling populer adalah sawit, kelapa, jarak, randu atau kapok. Biji atau buah dari tumbuhan tersebut dapat diekstrak minyaknya dengan cara mekanik, seperti halnya pembuatan minyak goreng.

Minyak mentah dapat digunakan langsung sebagai bakar, tetapi perlu ada modifikasi mesin dahulu, karena kalau dipakai langsung dapat merusak mesin kendaraan dalam jangka waktu lama (nah lho, terus gimana nih?).

Tenang bro, minyak nabati perlu diproses secara kimia (transestersisasi) terlebih dahulu agar dapat dipakai pada mesin diesel. Minyak mentah ini diubah menjadi bentuk alkil esternya dengan proses metanolisis, yang paling umum adalah bentuk ester metil. Bentuk ini memiliki karakteristik kekentalan dan angka setan (cetane number) mendekati solar. Bentuk inilah yang populer disebut biodiesel.

Seperti halnya bioetenol, biodisel ini pun dapat dicampur dengan solar dengan komposisi tertentu, yang disebut biodiesel B-5, B-10, B-20, dan seterusnya.

Biogas, Dari Sampah Organik dan Kotoran Ternak.

Tiga ribu tahun yang lalu, dalam buku kuno Cina yaitu I Ching menyatakan adanya api yang berasal dari rawa-rawa. Komponen utama gas rawa ini adalah metana, yang sering kita pakai untuk memasak dengan kompor gas. Lebih dari jutaan tahun yang lalu, aktivitas sekian banyak mikroba telah menguraikan sel mati dari tanaman dan hewan menghasilkan cadangan metana dalam jumlah besar di perut bumi. Nah, gas bumi kan suatu saat nanti pasti akan habis seperti halnya minyak bumi, jadi kita perlu nyari penggantinya nih.

Biogas adalah adalah campuran beberapa gas, tergolong bahan bakar gas yang merupakan hasil fermentasi dari bahan organik dalam kondisi anaerob, dan gas yang dominan adalah gas metana (CH₄) dan gas karbondioksida (CO₂). Sampah organik, kotoran ternak sapi, kerbau, dan domba dapat digunakan sebagai media bahan baku untuk pembuatan biogas.

Biogas memiliki kalor yang cukup tinggi berkisar 4800-6700 kkal/m³. Di beberapa daerah peternakan, biogas ini telah digunakan masyarakat untuk bahan bakar memasak.

Bro, sekarang kita nggak usah khawatir lagi kan dengan menipisnya cadangan bahan bakar minyak ataupun gas. Karena tanpa kita sadari di sekeliling kita banyak terdapat sumber energi alternatif dari mahkluk hidup lain yang kadang kita lupakan. So, tunggu apalagi untuk segera beralih ke bahan bakar alternatif.

(Tata Chemiawan, Mahasiswa Kimia ITB)